Teknik Foto Jurnalistik
Di dalam pemberitaan koran, baik yang berbentuk cetak maupun online, kadang dan bahkan sering kita melihat foto yang menyita perhatian kita. Kita begitu takjub melihat bagaimana foto-foto itu benar bisa mengalihkan perhatian kita. Hanya tertuju pada obyek foto tersebut. Itulah foto jurnalistik.
Sebuah foto yang memang sengata dibuat dalam rangka menjadikannya fakta (peristiwa) sekaligus menjadikannya sejarah tersendiri yang bercerita. Ya, sebuah foto yang bercerita. Pada umumnya, kita mengenalnya sebagai foto jurnalistik. Nah, bagaimana tekniknya, kita coba pelajari ya. Diantaranya adalah:
Pertama, Mengandung Informasi. Foto jurnalistik mengandung informasi. Di situ, ada unsur yang misalnya sesuai dengan pakem jurnalistik. Yaitu adanya untuk 5 W + 1 H. Apa itu? 5W+1H sendiri diambil dari kata-kata tanya dalam bahas Inggris seperti, What, Who, When, Why, Where, dan How. Dalam bahasa Indonesia kata-kata tanya tersebut adalah Apa, Siapa, Kapan, Mengapa, Di mana, dan Bagaimana. Di dalam foto jurnalistik, sebisa mungkin juga memasukkan unsur-unsur tersebut.
Kedua, Obyektif. Fotografer hanya dapat mengarahkan dan memotret untuk membuat gambar objektif, atau mereka dapat mengubah properti gambar untuk membuatnya menjadi lebih subjektif. Perbedaan antara kedua gaya ini adalah bahwa fotografi objektif mencoba menunjukkan dunia sebagaimana adanya, sedangkan fotografi subjektif mencoba menunjukkan dunia seperti yang dilihat oleh fotografer itu sendiri. Aspek khusus dari sebuah gambar yang dapat membuatnya objektif atau subjektif adalah sudut, seni, warna, dan maksud. Itu pengertian untuk dalam seni fotografi murni.
Hanya saja, yang dimaksud obyektif dalam foto jurnalistik adalah sang fotografer tidak merekayasa sebuah peristiwa, akan tetapi benar-benar mengabil sisi obyektif dari sebuah peristiwa secara apa adanya. Ketika sang fotografer merekayasa, kemungkinan besar akan mendapatkan penolakan publik. Misalnya memotret acara yang tampak sepi, padahal kenyataannya di lapangan begitu sangat ramai.
Ketiga, Punya Narasi dan Relevan. Sebuah foto jurnalistik, tidak sekadar pemanis teks, foto di media massa berfungsi sebagai bukti visual dalam sebuah peristiwa. Estetika itu nomor dua. Yang paling penting justru informasinya. Informasi yang berguna untuk publik—punya nilai berita. Inilah yang dinamakan foto jurnalistik. Itulah yang membuat foto bisa menjadi narasi dan relevan dengan pembaca.
Dalam perkembanggan studi jurnalistik dan komunikasi, foto jurnalistik dianggap berhasil jika ia sanggup menggiring yang melihat ke dalam setting kejadian, seakan-akan menyaksikan langsungpotongan adegan yang tertangkap kamera. Ia merekam kejadian, juga imaji yang berserakan di sekitarnya. Itulah kekuatan dari foto jurnalistik. Semoga teman-teman bisa membuat foto yang semacam itu ya. Terimakasih.

Jl. Ridwan Rais No.53, Beji Timur, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16422
JOIN US ON SOCIAL
info@limatigastudio.co.id | 0822 1017 5353
Copyright 2024 © Limatigastudio All rights Reserved.